I DON’T KNOW, BUT HE DID. HOW CAN THAT BE ?
Starring with
Choi Sooyoung
| Cho Kyuhyun
Shim Changmin |
Victoria Song
Teens Romance Maybe (?) Sad
Made By
Andria Knight
Length Oneshoot
Rating PG 16 (?)
Anyeonghaseyo
^_^
Aku dateng lagi nih
Knight-deul, ada yang masih inget ma FF geje “Morning Shock” kah? #kagak. Aku
mau ngucapin banyak terima kasih buat Knight-deul yang udah mau baca ff gx
bermutu itu apalagi yang ngasih review. Terima kasih ya!!! #hug. Untuk kali ini
semua point of view.a aku pake’ Sooyoung
Eonni.
Untuk ff yang ini aku
berusaha meperbaiki sesuai saran dari semua reader terutama yang name acount.a Kyubi di ff sebelumnya, semoga memuaskan dan ff ini
masih di sertai dengan ke-GEJE-an dan Typo yang bertebaran disana-sini. Udah ah
aku gx tau musti nulis apa lagi, emang paling gx bisa bikin intro.
Happy Reading Knight-deul ^_^
I DON’T KNOW, BUT HE DID. HOW CAN THAT BE ?
------First Meet and His Hug------
Dalam sebuah persahabatan aku tak pernah membedakan.
Aku akan berteman dengan siapapun yang mau berteman denganku. Sooyoung. Choi
Sooyoung. Itu merupakan nama paling indah menurutku. Nama itu diberikan
kepadaku oleh sepasang suami-istri yang saling mengasihi satu sama lainnya.
Benar. Sooyoung adalah namaku.
Aku memiliki seorang sahabat bernama Changmin, Shim
Changmin lebih tepatnya. Nama yang bagus bukan?. Banyak orang berkata dalam
persahabatan seorang pria dan wanita pastilah tidak akan murni persahabatan
saja. Dan itu benar. Aku menyukainya. Aku menyukai sahabatku. Aku memang
menyukai Shim Changmin. Lebih dari 10 tahun sejak aku mengenalnya dan aku
menyukainya sejak 3 tahun yang lalu.
Tapi mungkin sudah suratan untukku. Sahabatku Changmin
menyukai orang lain. Aku tahu itu beberapa minggu lalu saat Changmin dengan
cerahnya bercerita padaku. “Sooyoung-ie!!” “Apa?” “Kau
tahu senior bernama Victoria Song?”. Dia
bertanya dengan penuh semangat. Saat itu kami dalam perjalanan pulang. Kami biasa
berjalan kaki atau kalau sudah sangat terlambat Changmin akan memboncengku
dengan sepedanya.
Sore itu
matanya terlihat lebih bersinar dan aku tahu pria disampingku ini sedang jatuh
cinta. “Ya aku tahu. Wae-yo?”
aku menjawab sedatar mungkin. “Aku
menyukainya”. Dia berujar dengan mudahnya. “Begitu ya. Syukurlah. Ku kira kau ini
pria tak normal”. Entah bagaimana aku bisa bicara
seperti itu. Aku berjalan secepat yang ku bisa dan berbelok pada gang menuju
rumahku tanpa menoleh pada Changmin.
Dan tepat beberapa minggu setelah itu Changmin membuatku
terkejut bukan main. Sebuah poster atau brosur, entahlah aku tak begitu
tertarik dengan sebutannya. Tapi tulisan dalam kertas persegi panjang berukuran
25x15 cm itu membuatku hampir tak bernafas. Shim
Changmin menjalin hubungan dengan Victoria Song. Itulah
yang tertera disana. Aku tak tahu harus bagaimana, haruskah aku menangis karna
pria yang aku cintai ternyata berkencan
dengan gadis lain? Atau aku harus tersenyum senang karna sahabatku memiliki
kekasih dan mengucapakan selamat pada Changmin atas kebahagiaannya sedangkan
aku sendiri menahan sakit hatiku? Dan sepertinya aku harus bersikap seperti
biasa. Mau bagaimana lagi, ini hanya cinta sepihak yang kumiliki. Tidak
sepantasnya aku egois bukan? Apalagi Cahangmin adalah sahabatku. Tapi tetap
saja aku ini gadis biasa.
Hari itu membolos kelas Kang Songsaenim dan memilih
duduk bersandar pada dinding diatap belakang sekolah. Bagaimanapun aku ini
gadis biasa yang sedang patah hati, jadi siang itu aku menangis sejadinya
disana. Aku yakin tidak akan ada yang mendengar isak tangisku ini. Tapi
ternyata aku salah. Seorang tiba-tiba muncul didepanku. Cahaya matahari yang
terhalang oleh tubuhnya dan itu membuatnya terlihat bersinar.
Aku tak berani menengadahkan wajahku dan menatapnya,
jadi aku hanya menunduk melihat sepatu abu-abunya. “Suara
tangisanmu sungguh mengganggu tidur siangku nona”. Pria itu
berucap. Nada bicaranya datar dan tak ada intonasi yang tertangkap dalam
suaranya. “Maaf. Aku tak tahu
kalau ada orang selain aku disini. Aku sungguh menyesal”.
Aku berkata sambil sesunggukan dan mencoba selancar mungkin. Tapi sepertinya
aku gagal. “Patah hati pada cinta
pertama eo? Benar begitukan?”. Aku tak menjawabnya karna
aku bahkan tak bisa mengeluarkan suaraku sedikitpun. Aku tak bisa. Entah kenapa
aku malah terus menangis.
Dan saat itu aku rasa ada yang memelukku. Tubuhnya
terasa hangat dan itu membuatku nyaman. Aku mengerjapakan mataku dan mendapati
pria asing itu tengah memelukku. Tangannya mengelus rambutku lembut. “Tak apa. Semua akan baik-baik saja. Aku
tahu gadisku adalah orang yang hebat. Benarkan?” ucapnya
sembari terus mengelus rambutku. Dan aku juga tak tahu kenapa aku malah balas
memeluknya lebih erat dan mengangguk seolah tersihir kata-kata pria itu.
I DON’T KNOW, BUT HE DID. HOW CAN THAT BE ?
------I’ll be Fine. That What He Said------
Disinilah aku sekarang. Disebuah taman kecil didekat
rumahku. Changmin. Sahabatku itu memintaku menemaninya kesuatu tempat dan aku
menunggunya disini. Tepat 5 menit aku duduk, Changmin datang menemuiku. Awalnya
aku tak peduli dengan suara mesin mobil yang berhenti namun saat melihatnya,
ternyata Changmin yang mengendari mobil itu membuatku sedikit terkejut. “Appa. Aku meminjamnya, mobil milik
Appa. Bagaimana menurutmu?”. Dia berkata seakan mengerti
ekspresi wajahku. “Tak
buruk. Lalu kita akan pergi kemana?” aku
bertanya padanya, tapi pria ini tak menjawab pertanyaanku dan malah menyeretku
masuk ke dalam mobilnya.
10 menit dalam perjalanan, mobil yang Changmin
kendarai berhenti di depan sebuah rumah yang cukup mewah berwarna putih gading
dan ke-emasan. Changmin keluar dari mobil dan juga memintaku untuk keluar.
Changmin berbisik padaku “Ini
rumah Victoria sunbei”. Dan saat itu juga aku tahu bahwa
Changmin akan pergi berkencan dengan gadis pujaannya. Tidak, kekasih lebih
tepatnya. Dan aku tahu mengapa Changmin membawa turut serta diriku. Sahabatku
ini terlalu pemalu dan mungkin sangat gugup untuk kencan resminya kali ini.
Tapi ternyata dugaanku salah.
“Sooyoung-ssi tolong
bawakan ini ya!”. Gadis bernama Victoria itu
menyerahkan sebuah, ah tidak. Beberapa buah tas ber-ukuran cukup besar padaku
lalu pergi. Changmin dan Victoria berjalan sambil bergandengan tangan beberapa
meter dariku, sedangkan aku berjalan dibelakang mereka dengan beban beberapa
kilo di masing-masing tanganku. Aku berterimakasih banyak pada tas belanjaan
kekasih sahabatku. Ini benar-benar berat, dan tanganku rasanya akan patah. “Sialan”. Umpatku
kesal. Orang-orang disekitar kami tak henti-hentinya menatap kearah Changmin
dan Victoria, lalu beralih padaku kemudian berbisik. Apakah aku se-menyedihkan
itu?.
“Sooyoung-ssi aku dan
Changmin akan makan siang, jadi bisa taruh barang-barang itu kemobil kan?”.
Gadis itu berkata lagi lalu menarik lengan Changmin dan bergelayut manja.
Mereka benar-benar pergi, bahkan Changmin tak menoleh sedetikpun padaku. “Sial. Dasar nenek sihir”
aku mengumpat lagi, namun sangat pelan hingga tak akan ada orang yang bisa
mendengar. Hanya aku. Benar hanya aku yang mendengarnya. Tapi entah kenapa aku
tetap melakukannya. Aku berjalan dari lantai 10 pusat perbelanjaan itu hingga
Basemen park dimana mobil Changmin terparkir, lalu memasukkan tas-tas itu dalam
bagasinya.
15 menit aku berdiri disamping mobil Changmin tapi
sahabatku itu masih belum juga datang. Bosan? Tentu saja aku bosan. Aku
berjalan keluar dan berhenti disebuah bangku kecil dibawah pohon cemara beberapa
meter dari pusat perbelanjaan itu. Sial. Hari ini benar-benar bukan hari
keberuntunganku. Dompetku tertinggal dan ponselku juga. Apa tidak ada yang
lebih buruk lagi?. Aku melihat jam tanganku. Pukul 19.35,entah berapa lama aku
duduk disini, ini sudah cukup malam dan benar. Langit mulai gelap meski belum
ada bintang yang muncul. Aku meraba saku celana jeansku dan menemukan beberapa
koin, ku putuskan mencari box telepon untuk menghubungi Changmin.
“Yoboseyo.
Changmin-ah apa masih lama? Aku menunggumu di luar, cepat sedikit ya. Disini
cukup dingin, aku tak membawa dompetku jadi tak bisa membeli minuman hangat”
ucapku dalam sambungan telepon dengan Changmin, namun- “Maaf Sooyoung-ie tapi aku sudah dalam
perjalanan kerumah Victoria. Kau tak membawa dompetmu? Bagaimana ini?. Victoria
memintaku menemaninya karna orangtuanya sedang pergi. Maaf ya”.
Changmin berkata dan suaranya terdengar kebingungan.
“Hei aku hanya bercanda
soal dompet itu. Jadi kau akan bersama Victoria-ssi? Baiklah. Aku tak apa,aku
baik-baik saja. Jangan khawatirkan aku. Semoga kencanmu lancar. Semangat!”.
Aku berkata seolah memberinya dukungan. Aku keluar dari box telepon dan
berjalan. Langkahku sangat lambat dan sedikit terseok. “Tes, tes”. Apa aku
menangis? Ya, benar. Aku memang menagis, tapi bukan hanya aku. Langit juga
menangis untuku.begitu deras sampai aku sedikit limbung karenanya.
Suaraku bergetar, kakiku lemas, mataku memerah dan disini.
Sesuatu di dalam dada ini terasa sakit dan sesak. “Aku
baik-baik saja. Aku sahabatnya, Changmin sahabatku. Dan sudah sepantasnya aku
ikut bahagia saat dia bahagia. Bukankah begitu seharusnya?”.
Aku bertanya pada diriku sendiri. “Kenapa.
Tapi kenapa disini. Didalam sini rasanya begitu sesak? Kenapa didalam sini
terasa seperti dihantam puluhan ribu batu? Kanapa sakit sekali?”.
Aku menangis sambil menepuk dadaku pelan. Tapi tiba-tiba seseorang menarik
lenganku dan memelukku.
Tubuh ini. Aroma ini. Rasa hangat dan nyamannya sangat
tak asing untukku. Aku mencoba melihatnya, kudongakkan kepalaku dan
melonggarkan sedikit pelukannya. Pria ini. Pria asing di atap belakang sekolah.
Saat aku ingin bertanya pria ini justru menarikku kembali dalam pelukannya lalu
mengelus rambutku. Rasanya sama seperti saat itu. Sangat halus dan lembut. “Cinta terkadang memang menyakitkan.
Tapi aku yakin gadisku adalah orang yang kuat, dia akan mampu menghadapinya. Benarkan?”.
Ucap pria itu dan sama seperti sebelumnya aku kembali memeluknya lebih erat
dengan air mata yang makin deras mengalir kepipiku lalu luruh membasahi
bahunya. Aku mengangguk seolah meng-iyakan ucapan pria asing itu.
I DON’T KNOW, BUT HE DID. HOW CAN THAT BE ?
------I Dont Know Why, But a Trust------
Aku terbangun dengan mata yang masih sedikit berat.
Entah kenapa aku merasa kurang nyaman dengan cahaya matahari yang menerobos
masuk lewat kain berwarna hijau muda itu. Tunggu dulu. Hijau muda? Seingatku
gorden dikamarku berwarna biru muda. Tapi kenapa ini hijau muda?. Aku
melebarkan mataku dan melihat sekeliling ruangan ini. Ini bukan kamarku, lalu
aku ada dimana? Aku ingin beranjak dari kasur itu tapi tak bisa, tubuhku terasa
melayang dan aku oleng lalu terjatuh dan tak melihat apa-apa lagi. Semuanya
berubah gelap.
Aku membuka mata saat merasakan sensasi dingin
menyentuh keningku. Dan pertama kali yang terlihat adalah wajah seorang pria.
Pria ini. Dia pria asing yang memelukku diatap belakang sekolah dan jalanan
dekat pusat perbelanjaan. Tapi bagaimana bisa?. “ugh”.
Aku melengguh saat kepalaku terasa sedikit pusing. “Minumlah”.
Pria asing itu memberiku secangkir teh gingseng setelah membantuku duduk
bersandar pada dasboard kasur ini. Entah kenapa aku tak menaruh curiga
sedikitpun pada pria ini dan langsung menerima minuman pemberiannya. Beberapa
menit suasana menjadi sangat hening karna tak ada diantara kami yang memulai
pembicaraan.
“Itu” “Anu” ucap kami bersamaan. “Kau duluan saja”
ucapku pada pria asing itu. “Tidak.
Ladies first” katanya. “Baiklah.
Boleh aku tahu sekarang aku berada dimana? Dan kenapa aku bisa berada disini?” tanyaku
pada pria asing itu. “Maaf jika membuatmu merasa tak nyaman.
Aku tahu ini lancang dan sangat tidak sopan. Seharusnya aku mengantarmu pulang,
tapi itu tak mungkin. Kau pingsan dan rumahmu terlalu jauh, jadi aku membawamu
ke apartemantku”. Pria
asing ini menjawab pertanyaanku. “Dan bajumu juga basah kuyub, jadi aku
menggantinya dengan piyama itu” tambahnya sambil menunjuk kearahku.
Aku berkedip bingung setelah beberapa detik mendengar
penuturan pria asing itu, lalu melihat pakaian yang melekat dibadanku. “Kyaa!!!! Dasar mesum!!”.
Aku berteriak keras lalu menendangnya hingga pria asing itu jatuh terduduk. “Nice kick”. Pria itu
berucap dengan senyum terukir diwajahnya lalu bangkit dan menepuk pelan celana
jeans hitamnya. “Ternyata
benar-benar sudah sembuh. Syukurlah. Aku tahu gadisku adalah orang yang kuat.
Benar bukan?” pria asing itu memelukku setelah berdiri. Dan seperti
sebelumnya. Aku terhipnotis olehnya, lalu memeluknya lebih erat dan mengangguk.
Tubuh pria ini sangat nyaman dan hangat.
I DON’T KNOW, BUT HE DID. HOW CAN THAT BE ?
------He Got My First Kiss------
Beberapa hari setelah kejadian itu Changmin terasa
sedikit menjauh dan aku merasa kesepian. Sahabatku Changmin lebih sering
bersama kekasihnya Victoria Song. Dan itu membuatku merasa sedikit cemburu.
Siang itu saat festival sekolah sedang berlangsung banyak sekali orang yang berlari-lari.
Aku merasa penasaran dan ikut berlari kearah yang sama dengan siswa-siswi itu.
Tepat di lapangan basket mereka berhenti begitupun aku. Mereka berdiri
membentuk lingkaran, aku bisa melihat ada 2 orang yang berada ditengah kerumunan
itu. Dan aku tahu saat itu juga. Pria itu adalah Changmin sahabatku dan
Victoria Song kekasihnya. Mereka. Mereka berciuman.
Aku mematung. Tubuhku terasa kaku. Kakiku terasa
begitu berat dan sulit digerakkan. Aku ingin lari tapi tidak bisa. Jadi aku
hanya berdiri dan melihat mereka berciuman. Saat mereka melepas ciumannya dan
orang-orang telah pergi dengan berbagai siulan atau teriakan, aku masih berdiri
disana. Ini terlalu sulit. Changmin melihat ke arahku lalu dia berteiak
mengingat jarakku dan mereka terpaut cukup jauh, sekitar 12 meter. “Sooyoung-ie!!. Setelah lulus nanti aku
dan Victoria akan bertunangan. Kau adalah orang pertama yang tahu berita ini”
Changmin berkata dengan wajahnya yang memerah malu dan senyum terlihat cerah
menghiasi wajah tampannya. “Selamat
Changmin-ah. Aku senang mendengarnya. Semoga acaranya nanti berjalan lancar.
Selamat!!” aku balas berteriak padanya dan memasang senyum
terbaikku. Meyakinkan bahwa aku benar-benar bahagia. Tapi rasanya sangat sulit,
jadi aku berbalik dan melambaikan tangan pada mereka.
Aku menangis tanpa suara selama perjalanan. Entah
kemana aku berjalan, aku tak peduli. Aku hanya ingin menangis jadi aku
bersandar pada tembok di dekat gudang sekolah. Aku menangis dan sedikit
meraung. “Ini terlalu sakit. Jauh
lebih sakit dari dipukul tongkat besi atau di iris pisau. Kanapa aku begitu
cengeng? Sahabatku bahagia, jadi seharusnya aku juga kan?. Kenapa aku tak bisa?
Kenapa aku malah menangis? Kenapa aku egois begini?”.
Aku berucap lirih sambil memukul kepalaku. “Bodoh.
Bodoh. Bo-“. Ucapanku terhenti saat ada seorang yang memegang
tanganku lalu menggenggamnya.
“Gadisku adalah orang
yang kuat. Dan dia adalah orang yang pintar. Aku tahu itu.”.
tanpa melihatpun aku tahu. Ini adalah pria asing itu. “Jadi berhentilah menangisi pria bodoh
dan idiot semacam Shim Changmin itu. Sayang” ucap pria
itu lagi. Apa? Dia bilang pria bodoh dan idiot semacam Changmin?. Pria asing
ini mengatai sahabatku bodoh dan idiot?. Aku marah tentu saja. Aku tak terima
jika ada yang berkata kasar semacam itu tentang sahabatku. Jadi aku mendongak
dan memberinya tatapan paling tajam yang kumiliki.
“Apa? Pria bodoh dan
idiot kau bilang?. Memang kau siapa berani menghina sahabatku? Lau kau
memanggilku apa? Sayang?. Maaf ya tapi seingatku kita tak punya hubungan
apapun”. Aku berucap cukup keras pada pria dihadapanku itu.
Tapi pria itu justru tersenyum padaku. Tangannya terulur menyentuh wajahku. Aku
seperti terhipnotis, bibirku sedikit terbuka dan mataku membulat. Pria itu
mendekatkan wajahnya tapi aku tetap tak bergerak. Lalu beberapa detik setelah
itu aku merasakan sesuatu yang hangat menyentuh bibirku. Pria ini menciumku.
Tepat dibibir. Ciuman pertamaku.
Pria itu menciumku seakan aku adalah gadis paling
cantik dan berharga di dunia ini. Bibirnya yang sedikit tebal membelai bibirku
dengan sangat lembut. Mengecup dan menyesap bibir atas dan bawahku sangat
halus. Tidak ada unsur paksaan dalam ciumannya. Tidak ada nafsu, yang terasa
hanya cinta dan ketulusan dalam ciumannya. Pria itu mengakhiri pagutannya
dibibirku dengan beberapa kecupan. Lalu pria itu memelukku seperti seperti
sebelumnya. “Mulai sekarang kau
bisa memanggilku Kyuhyun. Namaku Cho Kyuhyun”. Pria itu
memperkanalkan diri dengan menyebutkan namanya. Aku hanya mengangguk dan
mempererat pelukannya.
I DON’T KNOW, BUT HE DID. HOW CAN THAT BE ?
------I Don’t Wanna Lost Him, Couse I love Him. I think------
Hari ini adalah upacara kelulusan kami. Aku dan
Changmin masih bersahabat meski tak se-akrab dulu. Beberapa bulan sebelum ujian
akhir dan kelulusan aku mencari tahu tentang pria bernama Cho Kyuhyun itu. Dan
hasilnya sangat luar biasa. Cho Kyuhyun putra pemilik yayasan sekolahku dan
juga seorang jenius yang menjuarai olimpiade Matematika se-Korea. Tapi
bagaimana bisa aku tak mengenalnya? Sungguh aku merasa jadi orang paling bodoh.
“Sooyoung-ie!”.
Seseorang berteriak memanggil namaku. Aku berbalik dan mendapati Changmin
tengah melambaikan tangan padaku. Changmin berjalan kearahku dan berkata “Ayo foto bersama. Ini akan jadi kenang-kenangan
untukku, sebelum aku berangkat ke Jepang”. Changmin
berkata dengan wajah ceria yang dibuat-buat. Dan aku tahu itu. “Baiklah sahabatku. Ayo berfoto sebanyak
mungkin. Mari kita buat perpisahan yang manis” ucapku
sambil merangkul bahunya.
Beberapa menit setelah itu Changmin pergi dengan
sebuah mobil menjemputnya. Sahabatku itu masih semppat melambaikan tangan
padaku dibalik kaca mobilnya. Aku berbalik dan mendapati sesosok tubuh tinggi
dihadapanku. “Selamat atas
kelulusannya. Aku tahu gadisku adalah orang yang pintar”
ucap pria itu sembari mengulurkan tangannya. Dia Cho Kyuhyun. “Ya terimakasih selamat juga untukmu.
Selamat atas beasiswa ke Amerika yang kau dapat” aku
mengucapkannya sembari menjabat uluran tangannya dengan sedikit bergetar. Bukan
karena gugup. Tapi ada sedikit ketidakrelaan dalam ucapanku. Aku tidak tahu kenapa.
Tapi pria itu seolah mampu membaca fikiranku, dia justru memelukku. Memelukku
begitu erat seakan tak ingin aku pergi darinya.
“Hei, Cho-Kyu-hyun. Aku
kesulitan ber-nafas” ucapku terputus-putus sembari
mencoba melonggarkan pelukannya. “Maafkan
aku sayang”. Kata pria itu membuatku tercengang dan tanpa sadar
memasang tampang bodoh. “Lucu
sekali. Sangat menggemaskan. Apa kau ingin menggodaku eoh?”.
Kata pria itu lagi dan mengedipkan sebelah matanya. Menggoda? Aku tidak
mengerti maksudnya. Tapi sekarang aku mengerti. Saat pria bernama Cho Kyuhyun
itu menempelkan bibirnya pada bibirku. Mengecupnya lalu melumat lembut bibirku.
aku tahu sekarang.
Sangat munafik jika aku bilang aku tak menyukai
ciumannya yang begitu lembut ini. Pria ini. Cho Kyuhyun. Satu-satunya pria yang
pernah menciumku. Pria yang mengambil ciuman pertamaku. Dan merupakan
kebohongan besar jika aku berkata aku tak gugup dengan ciumannya. Sesuatu di
dalam dadaku berdebar dan selalu berdetak diatas normal saat pria ini melakukan
kontak fisik denganku. Aku tak tahu kenapa.
Pria bernama Kyuhyun itu mengakhiri ciumannya setelah
memberikan kecupan-kecupan diseluruh wajahku. “Aku
tak akan pergi ke Amerika. Aku tak akan kemana-mana tanpamu. Aku tak akan
mampu. Jangan khawatir, aku akan disini. Aku akan tetap tinggal”.
Ucapan pria ini di iringi dengan sapuan ibu jari pada pipiku. Entah kenapa
mendengar kalimat yang diucapkannya seolah meringankan rasa sesak dalam dadaku.
Rasanya seperti batu-batu yang mengganjal itu terangkat. Sangat lega. Untuk kali ini aku ingin menjadi gadis egois,
jadi aku mulai memeluknya, dan bukan dia.
I DON’T KNOW, BUT HE DID. HOW CAN THAT BE ?
------His Pervert Side at the First Date------
Matahari yang masih bersembunyi dibalik selimut awan
tebalnya tak membuatku menarik kembali selimut tebal berwarna biru langit dan
melanjutkan tidur nyenyak di dalamnya. Aku terbangun dengan mata yang sedikit
membengkak dan lingkaran hitam yang mengerikan dibawahnya. Sial. Aku menjadi
sangat gugup sampai tak bisa tidur dengan baik. Jam beker berbentuk kucing
berwarna putih masih menunjukkan pukul 05.00 dan entah kenapa mataku sama
sekali tak mau diajak berkompromi untuk menutup barang semenit saja. Jadilah
aku disini sekarang, dibalik pentri dengan apron terpasang pas di tubuhku.
Aku belum pernah pergi kencan dengan seorang pria
sebelumnya dan itu membuatku sangat gugup. Cuaca sangat cerah dan itu membuatku
semakin kebingungan. Musim semi yang menyedihkan untukku. Bukan karna aku tak
menyukai musim ini, hanya saja- kenapa kencan perdanaku dilakukan saat cuaca
sangat mendukung begini?. Aku berjalan kesana-kemari sambil mengigit kecil kuku
jari telunjukku. Kencan ini membuatku frustasi.
Mobil berwarna putih silver berhenti di depan pagar
rumahku. Tak lama setelah itu seorang pria berpakaian casual keluar dari dlam
mobil tersebut. Pria itu Cho Kyuhyun. Kekasihku. Bolehkah aku menyebutnya
begitu?. “Apa aku terlambat?”.
Dia bertanya sembari tersenyum. “Apa
aku membuatmu menunggu terlalu lama? Maaf” ucapnya
lagi sambil menggenggam tanganku dan mengecupnya. “Ku
rasa tidak. Aku bahkan belum 2 menit selesai berganti pakaian”
aku menjawabnya dengan pelan dan menunduk. Aku tak berani menatap langsung ke
matanya. Karna aku tak tahu seperti apa wajahku saat ini.
Pohon-pohon pinus terlihat sangat segar dengan daunnya
yang hijau lebat. Semak-semak liar juga begitu, ditambah bunga liar yang mekar
berwarna-warni sepanjang jalan menarik mataku untuk terus menatapnya, sangat
cantik. “Hei, apa semak-semak
itu lebih menarik dari pada aku?” kalimat protes terlontar
dari bibir seorang pria disampingku. “Ya
kurasa begitu. Mereka sangat indah” aku
berkata menjahilinya. “Malang
sekali nasipku” pria itu menghela nafas dan sedikit cemberut. “Hei, aku hanya bercanda. Jangan pasang
wajah seperti itu!” aku mencubit pelan perutnya lalu
menyandarkan kepalaku kebahunya. Aku melirik kearah Kyuhyun. Dia tersenyum lalu
mencubit hidungku dan mengelus rambutku gemas. Aku ikut tersenyum dibuatnya.
“Ayo menikah”
bisik pria itu di telingaku. “Aku
masih terlalu kecil untuk itu. Tidak adakah hal lain yang bisa kau tawarkan
untukku?” jawabku sambil berbisik pula. Pria itu terlihat
berfikir. “eum, bagaimana ya.
Baiklah. Kalau kuliah di Universitas yang sama lalu setelah lulus menikah.
Tidak ada penolakan” ucapnya setelah melepas pelukanku.
Aku menatap tepat dimatanya yang berwarna coklat gelap lalu mengangguk. Dan Mulai
saat ini aku tahu bahwa pria bernama Cho Kyuhyun dihadapanku ini adalah orang
paling mesum. “Aku
sangat suka rasa bibir tipis mungilmu ini sayang. Rasanya manis seperti buah mulbery
segar” ucapnya setelah melepas pagutan bibirnya pada
bibirku. “Tapi, aku juga ingin
memilikimu seutuhnya. Aku ingin merasakan seluruh tubuhmu”
ucapnya lagi. Aku melotot mendengar ucapannya. “Kyaa!!!
Dasar mesum!!” teriakku sambil memukul kepalanya lalu berlari
menjauh. Dasar pervert.
I DON’T KNOW, BUT HE DID. HOW CAN THAT BE ?
------He Did What He Said. We Just Married------
Matahari menyongsong sinar berwarna kuning cerah
bersamanya di pagi itu. Burung-burung kecil terbang dari sarang hangat mereka
yang di iringi dengan hembusan angin dan tetesan embun-embun. Kedai-kedai mulai
membuka pintu mereka dan membalik tanda “CLOSE menjdi OPEN”. banyak sekali
manusia yang berlalu lalang dengan pakaian warna-warni cerah sepanjang jalan.
Musim panas kali terasa sangat berbeda untukku. Untuk tahun ini tak ada lagi
liburan atau hangout dengan kakak atau adikku.
Saat matahari makin membumbung tinggi di langit, aku
terdiam dalam sebuah ruangan yang cukup luas bersama beberapa orang yang tengah
sibuk berjalan kesana-kemari. “Jangan
banyak bergerak Sooyoung-ie!”. Suara melengking Sunny
mengintrupsiku. “Hei!
Kenapa kau makan banyak sekali ice cream dan muffinnya? Kalau sampai aku
menemukan setitik saja noda di gaun itu, habis kau!”.
Lagi seorang mengganggu kegiatanku. Kali ini Jessica.
Aku menghela nafas kesal. Sebenarnya yang akan menikah
itu siapa sih? Kenapa jadi mereka yang ribut. Baiklah aku mengerti, mereka
memang teman yang baik dan sangat perhatian. Tapi jangan selalu mengintrupsi
semua yang aku lakukan, aku juga butuh makan kan?. Mereka membuatku makin gugup
dan sedikit frustasi saja.
5 tahun setelah kelulusan itu aku benar-benar menikah
dengan pria bernama Cho Kyuhyun itu. Sesuai dengan yang pria itu katakan. Dia
menepati ucapannya. “Selamat
atas pernikahanmu Sooyoung-ie. Kau tampak cantik sekali hari ini”.
Changmin menucapkannya dengan wajah cerah dan senyum yang terukir lebar. “Terimakasih Changmin-ah. Kau juga
terlihat keren dengan tuxsedo hitam itu. Tampan sekali. Kurasa akan banyak
gadis yang terpesona padamu”. Aku mengatakannya dengan jujur.
Sahabatku ini memang terlihat sangat tampan. “Begitukah?
Kira-kira berapa banyak gadis yang bisa aku gaet hari ini? Selusin?”.
Dia bergurau dan memasang wajah seperti casanova.
Changmin datang ke pesta pernikahanku seorang diri dan
itu membuatku sedikit prihatin padanya. 2 tahun yang lalu kekasihnya Victoria
Song memutuskan hubungan mereka dan menikah dengan seorang pria China bernama
Zhoumi. Victoria Song meninggalkan sahabatku. Changminku yang malang. “Aku tak suka mata indah istriku
terus-menerus menatap pria lain seperti itu!”. Protes
pria disampingku. Suamiku Cho Kyuhyun. Aku hanya tertawa pelan lalu mencubit
gemas hidungnya.
Suamiku. Cho kyuhyun. Pria yang terlihat sangat tegas.
Ya. Dia memang begitu saat bekerja dikantor. Tapi sikap itu berubah 1800 saat bersamaku. Sifat manja,
pencemburu, dan mesumnyalah yang akan sangat dominan saat hanya bersamaku. Dan
aku bersyukur untuk itu. Aku bukan gadis bodoh dan naif. Suamiku adalah tipe
pria idaman banyak kaum hawa. Wajah tampannya tak perlu diragukan. Karir yang
cemerlang dan keluarganya yang terhormat. Tapi pria ini. Cho Kyuhyun. Suamiku.
Aku tahu dia hanya mencintaiku dan aku percaya itu. Aku percaya padanya.
-----KKEUT-----
Ige mwoya??. Tingkat
ke-GEJEannya meningkat banget kan?. Tapi aku ngucapin banyak banget terimakasih
buat Reader-deul yang masih mau nyempetin waktu & tenaganya buat baca karya
abal-abal aku yang masih dalam tahap belajar ini. Gamsahamnida!!!
Drop Your Comment
Please!! & if it’s fine review please... ^__^
Gomawo
Knight-deul...